Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

Mengudara Bareng RRI, Kadiskes Paparkan Target dan Upaya Penurunan AKI AKB Hingga Stunting

16 May 2024
infokes

Foto Kadiskes dalam dialog interaktif bersama RRI

PONTIANAK - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat berkolaborasi bersama RRI Pontianak melangsungkan dialog interaktif, pada Rabu (15/05/2024). Dialog tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Kalimantan Barat, dr. Erna Yulianti secara Live On Air lewat saluran Pro1 RRI Pontianak.

Dalam sesi wawancara selama kurang lebih 20 menit tersebut, Kadiskes turut memaparkan informasi seputar langkah dan upaya yang dilakukan jajarannya dalam menurunkan angka Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), hingga Stunting yang notabene merupakan isu nasional.

“Termasuk dalam edukasi yang terus kita lakukan adalah agar remaja perempuan untuk rajin mengkonsumsi tablet tambah darah. Ini merupakan upaya kita dalam meningkatkan kesiapan remaja perempuan yang nantinya akan menjadi seorang ibu,” ujar dr. Erna Yulianti.

“Upaya ini perlu kita tekankan mencegah terjadinya anemia,” sambungnya.

Kadiskes menilai, saat memasuki fase kehamilan seorang ibu harus mejaga komposisi dan kualitas makanannya, terutama dari komposisi yang harus serba bergizi. Serta dalam hal ini, penggunaan tablet tambah darah adalah ketika melahirkan, para calon ibu tidak kekurangan zat besi. 

Foto Kadiskes dalam dialog interaktif bersama RRI

Foto Kadiskes dalam dialog interaktif bersama RRI

“Jadi dari awal kita sudah berikan edukasi kepada calon ibu dan ibu hamil agar memperhatikan kualitas makanan gizi. Karena kalau kekurangan asupan gizi dan kalori bisa menghasilkan bayi yang berat badan rendah dan melahirkan bayi stunting,” jelasnya. 

Sementara upaya jangka panjang, dr. Erna juga menegaskan pihaknya hingga saat ini terus berkomitmen dalam meningkatkan kompetensi bidan maupun tenaga kesehatan lainnya, dalam upaya memberikan keselamatan saat proses melahirkan dan persalinan. 

Dirinya mengatakan saat ini, bidan dan tenaga kesehatan lain dituntut untuk memperbaharui ilmu, sesuai kompetensi. Hal ini dilakukan, agar para Nakes yang bertugas melayani Ibu Hamil mampu mengambil keputusan tepat dalam menangani kegawat daruratan saat proses ibu melahirkan.

“Jadi ini (kompetensi nakes) juga sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 21/2021 semua persalinan harus di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan. Sehingga sudah seharusnya tenaga kesehatan memiliki kualitas keilmuan yang mumpuni,” bebernya.

Lebih jauh, dokter jebolan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini juga menyoroti penyebab perbedaan kasus AKI/AKB yang terjadi diwilayah perkotaan dan daerah terpencil. 

Dimana untuk wilayah terpencil atau pedesaan perlu diakui masih adanya kesulitan dalam akses layanan kesehatan.  Hal ini dikatakannya berbeda dengan daerah perkotaan.

“Hal ini yang bisa menjadi alasan bagi ibu hamil yang tidak rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya di fasilitas kesehatan dan menganggap hal biasa, atau mungkin beberapa menganggap sepele karena di kehamilan kedua atau ketiga,” lanjutnya.

Foto Kadiskes dalam dialog interaktif bersama RRI

Foto Kadiskes dalam dialog interaktif bersama RRI

Padahal sambungnya, pemeriksaan pemeriksaan minimal 6 kali ibu hamil merupakan hal penting dengan tujuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan, serta meminimalisir kasus kegawat daruratan persalinan. Terlebih dalam beberapa kasus AKI/AKB yang terjadi selama ini, yang datang ke fasilitas kesehatan sudah dalam kondisi terlambat. 

“Di daerah terpencil biasanya akses dan rendahnya kujungan ke fasilitas kesehatan termasuk belum lengkapnya sarana prasana kesehatan,” ujarnya.

“Jadi di istilah kami ada tiga kategori terlambat. Yakni terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan,” terangnya.

Apabila hal-hal penting sudah dilakukan sejak dini dalam upaya menurunkan AKI/AKB, dr. Erna optimis angka stunting juga bisa menurun.

“Tentu AKI/AKB ini juga saling berkaitan dengan strategi kita dalam upaya menurunkan stunting. Karena kita juga punya target dalam kedepan untuk tak ada lagi kasus kematian ibu ataupun anak, dan beberapa upaya yang terus kita lakukan adalah dengan memantapkan kapasitas kompetensi Nakes, meningkatkan fasilitas dan prasarana, dan kami juga sudah menyiapkan kelas khusus untuk edukasi bagi para ibu hamil,” jelasnya.

“Sehingga apabila ini bisa kita kendalikan, kita yakin angka stunting bisa kita kejar sesuai target nasional, yakni 14 persen,” tutupnya. (Dinkes Prov. Kalbar)

Bagikan