Dinkes Prov. Kalbar dan Kanwil Ditjenpas Kalbar Teken Kerjasama *Perkuat Sinergi Tangani Tuberkulosis di Lingkungan Rutan dan Lapas
PONTIANAK - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat menghadiri sekaligus membuka pelaksanaan kegiatan Pertemuan Optimalisasi Pelibatan Rutan dan Lapas Dalam Program TBC (Tuberkulosis) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2025, yang digelar di Ballroom Hotel Orchardz Ayani Pontianak, pada Selasa (29/4/2025).
Giat ini dihadiri oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakat Kalbar, perwakilan Puskesmas sekaligus penanggungjawab program TB di wilayah Kalimantan Barat, perwakilan Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI-TB) se-Kalimantan Barat, perwakilan Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN) Wilayah Kalimantan Barat, Pengelola Program TBC se-Kalimantan Barat, serta Staf Teknis TBC di seluruh Sub-SR Global Fund Wilayah Kalimantan Barat.
Lewat sambutannya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, dr. Erna Yulianti menuturkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan global, termasuk Indonesia dan khususnya di Kalimantan Barat.
dr. Erna memaparkan, berdasarkan laporan program TBC tahun 2024 di Kalimantan Barat, ditemukan 77% kasus dari total 18.583 kasus yang harus ditemukan. Capaian temuan kasus ini masih di bawah target, dimana seharusnya minimal 90% kasus harus ditemukan.
“Dari total 14.539 kasus yang ditemukan, sebanyak 90% kasus TBC SO ( tuberkulosis sensitif obat ) dan 74% kasus TBC RO ( tuberkulosis resisten obat ) menjalani pengobatan,” jelas Kadiskes.
Dirinya memastikan berbagai upaya serta komitmen dalam pencegahan dan penanggulangan TBC terus dilakukan, baik oleh Pemerintah pusat maupun tingkat daerah. Hal ini, kata Kadiskes, merupakan target quick win TBC tahun 2025.
Merujuk pada target tersebut, Kadiskes mengatakan salah satu strategi dalam mendukung upaya percepatan capaian Quick Win TBC adalah dengan mengoptimalkan kontribusi fasilitas pelayanan kesehatan. Termasuk diantaranya rutan dan lapas dalam melakukan skrining, penemuan kasus hingga pengobatan TBC. “Tentu kita semua menyadari bahwa lingkungan Rutan dan Lapas menjadi salah satu target prioritas dalam penanganan TBC berkaitan dengan tingginya risiko penularan,” tegasnya.
dr. Erna juga memaparkan berdasarkan laporan yang disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi, masih belum semua rutan dan lapas melaporkan penanganan TBC di SITB ( system informasi tuberculosis). Total, sambungnya, baru ada 9 rutan/lapas dari total 13 rutan/lapas yang melaporkan temuan terduga dan ini baru 69 %.
“Saya harap kegiatan ini tak semata jadi seremoni, namun juga dapat mewujudkan tercapainya identifikasi hambatan dan komitmen dalam upaya percepatan eliminasi TBC terutama bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Kalimantan Barat,” pungkasnya. (Dinkes Prov. Kalbar).