Penggunaan Obat Kortikosteroid Tidak Bisa Sembarangan

28 Oct 2024
infokes

Obat kortikosteroid atau yang biasanya Masyarakat kenal dengan obat dewa sering kita jumpai pada pasien dengan gangguan saluran pernafasan, masalah kulit, autoimun dan penyakit lainnya. Obat ini didapatkan dengan mudah di apotek, puskesmas, klinik dan rumah sakit. Mudahnya mendapatkan obat ini, membuat masyarakat berisiko menggunakan obat tidak tepat dan tidak rasional. Penggunaan obat kortikosteroid yang tidak tepat dan tidak rasional dapat menimbulkan masalah obat seperti tidak tercapainya efek yang diinginkan dan justru meningkatkan efek yang tidak diinginkan.

Bentuk sediaan obat kortikosteroid dapat berupa obat oral (obat yang masuk melalui sistem pencernaan), obat inhalasi (obat yang masuk melalui sistem pernafasan), obat topikal (obat yang digunakan pada permukaan kulit atau selaput lendir) dan obat injeksi (obat yang disuntikkan ke dalam jaringan atau pembuluh darah). Dari berbagai jenis bentuk sediaan obat kortikosteroid, obat yang masuk ke dalam tubuh secara sistemik (darah) seperti oral dan injeksi dapat menimbulkan beberapa efek samping yang merugikan dibandingkan dengan obat lokal seperti inhalasi dan topikal. Hal ini dikarenakan, obat yang masuk ke dalam sistemik terdistribusi ke berbagai jaringan yang ada di tubuh manusia.

Efek samping obat kortikosteroid sistemik bergantung dengan dosis dan lama penggunaannya. Pada penggunaan jangka panjang dengan dosis rendah hingga sedangpun dapat memicu efek samping yang serius. Efek samping yang dapat terjadi yaitu:

1. Gangguan pada muskuluskeletal

Penggunaan jangka panjang obat ini dapat meningkatkan kehilangan masa tulang sehingga memicu fraktur atau patah tulang serta gigi keropos. Selain itu, obat kortikosteroid dapat menyebabkan miopati atau gangguan pada otot sehingga pasien mengalami nyeri otot.

2. Gangguan metabolik dan endokrin

Obat kortikosteroid meningkatkan gula darah dan dapat memperparah pada pasien yang memiliki riwayat diabetes. Selain itu, pasien dapat mengalami sindrom cushing dimana terjadinya penumpukan lemak seperti pada bagian bahu dan wajah (moon face),kenaikan berat badan, perubahan kulit dan hipertensi.

3. Infeksi

Pada dosis sedang sampai tinggi infeksi bakteri, virus dan jamur lebih mudah terjadi karena adanya penurunan sistem imun.

4. Gangguan kardiovaskular

Obat kortikosteroid dapat memicu terjadinya penumpukan cairan, udem, kenaikan berat badan, hipertensi dan aritmia.

5. Gangguan dermatologi

Efek samping dapat terjadi pada dosis rendah seperti penipisan kulit dan rambut, jerawat, luka sulit sembuh, ruam kemerahan dan ekimosis.

6. Gangguan optalmologi

Obat kortikosteroid memicu risiko katarak pada mata serta meningkatkan tekanan darah pada mata sehingga memperburuk penyakit glukoma.

7. Gangguan gastrointestinal

Obat kortikosteroid meningkatkan efek samping pada lambung dan usus seperti gastritis, luka dan pendarahan.

8. Gangguan neuropsikiatri

Pasien yang sering mengkonsumsi obat kortikosteroid biasanya akan muncul perasaan euforia atau cemas, pada awal pengobatan suasana hati akan bersemangat tapi pada jangka panjang suasana hati menjadi murung seperti depresi. Selain itu, efek samping yang umum terjadi yaitu gangguan tidur dan akatisia atau kondisi pasien melakukan gerakan tanpa henti.

Mengingat banyaknya efek samping dari penggunaan obat kortikosteroid, maka perlu dilakukan monitoring oleh tenaga kesahatan, mulai dari dosisnya, cara pakainya dan lama penggunaannya. Oleh karena itu, mulai dari sekarang gunakan obat kortikosteroid ini dengan bijak dan rasional agar tercapainya efek yang diinginkan dan meminimalisir efek yang tidak diinginkan.

Sumber:

apt. Drajat Ramdani Dipraja, S.Farm, 2023, Efek Samping Penggunaan Obat Kortikosteroid Sistemik, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung, Kementrian Kesehatan RI

https:// www. cnnindonesia.com/gaya-hidup/20241017150124-255-1156470/5-efek-samping-obat-steroid-buat-anak-jangan-diberikan-sembarangan

Foto: Alo Medika

Bagikan