Kenapa Kita Mudah Sakit Saat Pancaroba?
oleh dr. Novrina W. Resti (Dokter Klinik Itjen Kemdikbudristek)
Pancaroba menjadi kewaspadaan tersendiri bagi sebagian orang karena umumnya saat pergantian musim kondisi cuaca tidak menentu antara panas dan hujan. Hal ini sering kali dibarengi dengan kondisi kesehatan yang kurang baik. Umumnya terjadi saat pergantian dari musim panas ke musim hujan. Anak-anak atau pun orang dewasa banyak yang jatuh sakit di waktu ini.
Keluhan yang sering muncul adalah keluhan pada saluran pernapasan. Batuk, pilek, sakit tenggorokkan, hingga demam adalah keluhan penyakit yang sering muncul di masa pancaroba. Gejala dan keluhan ini dapat disebabkan karena common cold ataupun flu (Influenza).
Common cold dan flu paling sering disebabkan oleh virus. Flu hanya disebabkan oleh virus influenza, sedangkan common cold dapat disebabkan oleh banyak virus, di antaranya yang tersering adalah rhinovirus, parainfluenza, seasonal coronaviruses. Setelah masa pandemi Covid-19, gejala common cold juga sering muncul dan sulit dibedakan dengan gejala yang disebabkan virus SARS-CoV-2, sedangkan flu (influenza) hanya disebabkan oleh virus influenza.
Terdapat beberapa alasan yang diduga menyebabkan munculnya masalah kesehatan pada masa pancaroba:
Udara yang lebih dingin
Pada saat pancaroba, terutama saat pergantian musim panas ke musim hujan biasanya suhu udara menurun, udara menjadi lebih dingin dari biasanya. Ada penelitian yang menyebutkan pada udara dingin menyebabkan replikasi atau pertumbuhan kuman menjadi lebih cepa sehingga hal ini dapat meningkatkan risiko untuk terinfeksi.
Suhu yang lebih dingin akan menyebabkan pembuluh darah di hidung dan saluran napas mengecil sehingga sel darah putih sulit menjangkau saluran napas saat sel darah putih dibutuhkan untuk melawan kuman.
Hujan menyebabkan banyak aktivitas di dalam ruangan tertutup
Penyebaran virus dapat terjadi melalui udara, melalui droplet saluran napas, serta kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi virus. Aktivitas di dalam ruangan tertutup menyebabkan penularan dari orang ke orang menjadi lebih mudah. Hal inilah yang meningkatkan risiko angka kesakitan akibat common cold dan flu menjadi meningkat.
Kadar vitamin D dan menurunnya sistem imun
Vitamin D diduga berperan dalam kemampuan imunitas tubuh. Vitamin D membantu pertahanan tubuh terhadap virus dan bakteri. Pada saat musim hujan, banyak aktivitas di dalam ruangan sehingga paparan sinar matahari semakin berkurang dan sulit mencukupi vitamin D. Dengan demikian, kemampuan imun tubuh akan menurun seiring menurunnya vitamin D dalam tubuh.
Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa respons imun di saluran napas akan menurun kemampuannya melawan rhinovirus pada saat udara lebih dingin. Oleh karena itu, saat tubuh diserang oleh virus, pertahanan tubuh tidak mampu melawannya hingga seseorang jatuh sakit.
Referensi:
NN. Cold versus flu. Centers for Disease Control and Prevention [Internet]. 29 September 2022. [Citied: 14 Oktober 2022]. Diakses dari : https://www.cdc.gov/
NN. Micronutrient Facts. Centers for Disease Control and Prevention [Internet]. 29 September 2022. [Citied: 14 Oktober 2022]. Diakses dari : https://www.cdc.gov/
Balingit Angelica. What’s the link between cold weather and the common cold?. Medical News Today [Internet] 25 September 2022. [Citied: 13 Oktober 2022]. Diakses dari: https://www.medicalnewstoday.com/articles/323431
Foxxman Ellen F, Storer James A,et all. Temperature-dependent innate defense against the common cold virus limits viral replication at warm temperature in mouse airway cells. Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) [Internet]. Januari 2015. [Citied: 14 Oktober 2022]. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4311828/
Felson Sabrina. Understanding the common cold-the basics. WebMD [Internet]. 21 April 2022. [Citied: 13 Oktober 2022]. Diakses dari: https://www.webmd.com/cold-and-flu/cold-guide/understanding-common-cold-basics#1
Sumber gambar: www.livemint.com