Kenali MonkeyPox (MPOX)
Gambar: Kemkes
Mpox (Monkeypox) merupakan emerging zoonoses yang disebabkan monkeypox virus (MPXV). Mpox pertama kali ditemukan tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan 'Cacar Monyet/mpox”. Mpox pada manusia pertama kali ditemukan di Republik Demokratik Kongo (Zaire/DRC) tahun 1970. Penyakit ini memiliki gejala sangat mirip dengan kasus smallpox yang pernah dieradikasi tahun 1980. Walaupun gejalanya lebih ringan daripada smallpox, namun mpox menyebar secara sporadis dan menjadi endemis di beberapa wilayah di Afrika, terutama di Afrika Tengah dan Barat. Penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung 2 – 4 minggu, namun bisa berkembang menjadi berat dan bahkan kematian (tingkat kematian 3 – 6 %).
Sejak Mei 2022, mpox menjadi penyakit yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat global, karena kasus meningkat cepat yang dilaporkan dari negara non endemis. Pada tanggal 23 Juli 2022, dengan mempertimbangkan penyebaran penyakit ini, maka Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) menetapkan mpox menjadi Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMD). Per 10 Januari 2023, telah dilaporkan 84.415 kasus dari 110 negara dengan 76 kematian. Indonesia sendiri telah melaporkan 1 (satu) kasus konfirmasi mpox pada 20 Agustus 2022.
Penyebab mpox adalah monkeypoxvirus (MPXV) yang tergolong dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab smallpox), virus vaccinia dan virus cowpox. Infeksi mpox di Afrika, telah ditemukan pada banyak spesies hewan: tupai pohon, Gambian giant rat, tikus bergaris, dormice dan primata. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi reservoir yang tepat dari MPXV dan bagaimana virus tetap bertahan di alam.
Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan hewan ataupun manusia yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut. Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/terbuka (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut). Di negara endemis, penularan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, mengolah daging hewan liar, kontak langsung dengan cairan tubuh atau bahan lesi, atau kontak tidak langsung dengan bahan lesi, seperti melalui benda yang terkontaminasi.
Mpox dapat menyebar melalui kontak langsung kulit ke kulit atau membran mukosa termasuk saat berhubungan seks baik saat berciuman, sentuhan, seks oral, atau penetrasi dengan seseorang yang memiliki gejala. Penularan juga dapat terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin (yang dapat menyebabkan mpox bawaan) atau kontak erat selama dan setelah kelahiran. Belum diketahui apakah infeksi dapat menyebar melalui cairan ketuban, ASI atau darah.
Belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi MPXV. Terdapat antivirus yang telah dikembangkan untuk pasien cacar (smallpox) yang bermanfaat melawan mpox. Pengobatan simtomatis dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul. Vaksin yang digunakan selama program pemberantasan cacar (smallpox) berpotensi memberikan perlindungan terhadap mpox. Saat ini, pemberian vaksinasi massal tidak direkomendasikan. Kebijakan pelaksanaan vaksinasi harus diikuti dengan upaya pemberian informasi dan edukasi, serta upaya pemantauan keamanan vaksin.
Pencegahan
Mengurangi risiko penularan bagi pelaku perjalanan negara endemis (utamanya penularan dari hewan ke manusia)
- Hindari kontak langsung atau provokasi hewan penular mpox yang diduga terinfeksi mpox seperti hewan pengerat, marsupial, primata non-manusia (mati atau hidup)
- Hindari mengonsumsi atau menangani daging yang diburu dari hewan liar (bush meat)
- Biasakan mengonsumsi daging yang sudah dimasak dengan benar
- Gunakan APD lengkap saat menangani hewan terinfeksi
Mengurangi risiko penularan di negara non-endemis (utamanya penularan dari manusia ke manusia)
- Siapa pun yang memenuhi kriteria suspek/probable/konfirmasi harus diisolasi dan dipantau sesuai petunjuk tenaga kesehatan
- Saat menjalani isolasi mandiri, pasien dan keluarga yang merawat perlu memastikan menerapkan tata cara PPI sesuai penjelasan pada bab manajemen klinis.
- Tenaga kesehatan yang merawat kasus harus menerapkan PPI, termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai.
- Orang yang mengalami gejala mengarah mpox tidak boleh menghadiri acara, pesta, atau pertemuan.
- Praktikkan seks lebih aman termasuk membatasi jumlah pasangan seks.
- Pencegahan dengan kondom saja tidak dapat melindungi secara maksimal penularan mpox karena kontak lesi pada kulit cukup menularkan. Namun penggunaan kondom secara konsisten dapat mencegah HIV dan penyakit menular seksual lainnya.
Sumber:
Anonym,2023, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian MPOX, Kemenkes RI