Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

Diet Protein

21 Feb 2024
infokes

Belakangan semakin banyak orang yang menerapkan diet kaya protein. Produk makanan dan minuman berprotein tinggi juga tidak sulit lagi ditemukan. Namun, sebenarnya sebanyak apa protein dibutuhkan tubuh? Apakah hanya memakan protein benar-benar bisa membantu kita menjadi lebih kurus?

Pada awal abad ke-20, seorang penjelajah Kutub Utara, Vilhjalmur Stefansson, hanya mengonsumsi daging selama lima tahun. Ini berarti dietnya hanya terdiri dari 80% protein dan 20% lemak. Sekitar 20 tahun kemudian, dia juga melakukan hal yang sama sebagai bagian dari eksperimen yang dilakukan Rumah Sakit Bellevue di New York. Stefansson ingin membuktikan bahwa manusia bisa bertahan hidup hanya dengan memakan daging. Faktanya, setidaknya pada Stefansson, dia menjadi cepat sakit jika hanya memakan daging tanpa lemak. Dia mengalami apa yang disebut sebagai "keracunan protein". Gejala penyakitnya berkurang setiap kali dia mengurangi jumlah protein yang dimakan, serta menambah asupan lemak. Apa yang dilakukan Stefansson adalah salah satu dari sedikit penelitian terkait bagaimana protein yang dikonsumsi berlebihan, bisa berdampak buruk bagi tubuh.

Protein memang diperlukan tubuh untuk membuatnya tumbuh dan mengganti sel-sel yang rusak. Makanan kaya protein seperti susu, daging, telur, ikan dan kacang-kacangan akan diurai tubuh menjadi amino acids dan diserap oleh tubuh. Sisanya akan dibuang bersama air kencing. Orang dewasa yang tidak begitu aktif disarankan untuk memakan sekitar 0,75gr protein per hari untuk setiap 1kg berat badannya. Jadi, rata-rata laki-laki perlu memakan 55gr protein dan perempuan 45gr protein setiap hari. Itu hanya sekitar dua genggaman daging, ikan, tahu, atau kacang-kacangan. Jika tubuh tidak mendapatkan protein yang cukup, maka rambut orang tersebut akan rontok, kulitnya kusam dan berat badan serta masa ototnya berkurang. Namun, efek samping seperti ini sangat jarang, dan biasanya hanya terjadi pada orang yang memiliki penyakit seperti bulimia atau anoreksia.

Membentuk Otot

Protein kerap disebut sebagai zat pembangun otot. Ini benar. Olahraga beban akan membuat protein di otot terurai. Protein dibutuhkan untuk membangun kembali otot tersebut menjadi lebih kuat. Ahli gizi menyebut jika protein tidak dikonsumsi setelah olahraga, maka otot akan terus terurai dan pembentukan otot baru yang lebih kuat tidak akan terjadi. Oleh karena itu, suplemen protein pun banyak dijual bagi mereka yang ingin membentuk otot. Namun, ketika beban olahraga semakin berat, suplemen akan memicu pertumbuhan otot. Ini pun harus dikombinasikan dengan karbohidrat.

Turunkan Berat Badan 

Protein sudah lama dikaitkan dengan penurunan berat badan. Mengonsumsi makanan tinggi protein dan rendah karbohidrat, misalnya dengan diet Paleo dan Atkins, akan membuat orang merasa kenyang lebih lama. Pakar gizi Universitas Aberdeen, Alex Johnstone, menyebut memang ada bukti bahwa protein akan memperlama rasa kenyang. Sehingga, jika Anda memang berniat menurunkan berat badan, maka cobalah untuk memakan makanan berprotein tinggi saat sarapan. Misalnya dengan menaruh kacang-kacangan di atas roti. Namun, jelas, hanya dengan menaikkan asupan protein saja, tidak akan membuat Anda kurus. Anda juga harus memilih daging yang lebih minim lemak, misalnya daging ayam dan ikan. Tapi di sisi lain, studi juga menunjukkan bahwa makanan terlalu banyak protein hewani, terutama daging merah juga akan meningkatkan peluang mengidap kanker dan sakit jantung. Sehingga konsumlah makanan protein tinggi sesuai kebutuhan tubuh agar tidak terbuang sia-sia. 

Sumber : direktorat kesehatan masyarakat,kemenkes RI,  Apakah Diet Protein Tinggi Efektif?, 2018

Gambar : Direktorat P2PTM

Bagikan