Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

Batuk Rejan

6 Sep 2023
infokes

Batuk rejan, juga dikenal sebagai pertusis, adalah jenis infeksi saluran pernafasan yang sangat menular.

 

Pengertian

Batuk rejan atau pertusis adalah jenis infeksi saluran pernafasan yang sangat menular. Penyakit ini ditandai dengan batuk yang diiringi suara tarikan nafas tinggi yang khas dan berkepanjangan.

Batuk rejan adalah salah satu kondisi yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian pada anak di bawah usia 2 tahun jika tidak ditangani. Oleh karena itu, informasi tentang batuk rejan sangat penting untuk diketahui.

 

Penyebab

Penyakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, tetapi juga bisa disebabkan oleh bakteri Bordetella parapertussis.

Penularan batuk rejan terjadi melalui droplet (partikel air kecil) dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi. 

Jadi, ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, droplet kecil yang mengandung bakteri dapat menyebar ke udara dan dihirup oleh orang lain di sekitarnya.

 

Gejala

Gejala batuk rejan biasanya berlangsung selama 6 minggu, dan dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase catarrhal (fase awal), fase paroksismal, dan fase konvalescens (fase penyembuhan), yang masing-masing dapat berlangsung selama setidaknya 1–2 minggu.

 

Gejala batuk rejan fase catarrhal, yaitu: hidung tersumbat, pilek, bersin, mata merah, demam. 

Gejala batuk rejan ffase paroksismal ditandai dengan: batuk yang terus-menerus diiringi suara tarikan nafas yang khas, batuk lebih sering pada malam hari, 

mata yang tampak merah, kulit kebiruan, kesulitan bernapas, batuk terus-menerus, dahak disertai muntah.

Gejala batuk rejan fase konvalesens ditandai dengan batuk berkepanjangan yang perlahan-lahan mulai mereda, tetapi bisa bertahan selama beberapa minggu.

Jika tidak ditangani, batuk rejan bisa menyebabkan komplikasi, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun.

Beberapa komplikasi yang bisa muncul adalah dehidrasi, kesulitan bernapas, penurunan berat badan, pneumonia (infeksi paru-paru), kejang, gangguan ginjal, dan kurangnya pasokan oksigen ke otak.

Untuk mencegah komplikasi tersebut, seseorang yang diduga menderita batuk rejan disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

 

Diagnosis

Mendiagnosis batuk rejan pada tahap awal bisa menjadi tantangan, karena gejala-gejalanya dapat mirip dengan penyakit saluran pernapasan lainnya, seperti pilek biasa, influenza, dan bronkitis.

Biasanya, tahap awal diagnosis batuk rejan melibatkan wawancara medis dan pemeriksaan fisik langsung oleh dokter. Pemeriksaan darah dan rontgen paru-paru dapat dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi atau inflamasi (peradangan).

Selanjutnya, jika diperlukan, diagnosis batuk rejan dapat dilakukan dengan pemeriksaan tenggorokan atau pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) melalui DNA tubuh.

Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), pasien yang mengalami batuk lebih dari 3 minggu disarankan untuk menjalani pemeriksaan tersebut.

 

Pengobatan

Tujuan pengobatan batuk rejan adalah untuk membatasi atau meminimalkan fase paroksismal, mengatasi keluhan batuk yang mengganggu, serta memaksimalkan asupan nutrisi, istirahat, dan proses penyembuhan.

Pengobatan batuk rejan bisa melibatkan penggunaan obat antimikroba atau antibiotik untuk mempercepat pemusnahan bakteri penyebab dan mencegah penyebaran penyakit.

Selain itu, pengobatan juga bisa diberikan untuk mengatasi gejala batuk, pilek, atau demam yang muncul. Namun, penggunaan obat harus sesuai dengan indikasi dan resep dari dokter.

Seseorang yang menderita batuk rejan disarankan untuk beristirahat cukup, memastikan asupan cairan tubuh cukup, dan yang terpenting adalah berkonsultasi dengan dokter.

Pemeriksaan oleh dokter dilakukan melalui wawancara medis dan pemeriksaan fisik langsung untuk menentukan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

 

Pencegahan

Pencegahan penyakit batuk rejan bisa dilakukan dengan imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus), yang bisa diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan (atau 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan, sesuai program yang dilaksanakan).

Selanjutnya, imunisasi bisa dilanjutkan dengan imunisasi booster pada usia 15–18 bulan dan 4–6 tahun.

Selain itu, pencegahan penularan batuk rejan juga bisa dilakukan dengan menutup hidung dan mulut setiap kali batuk atau bersin, membuang tisu yang digunakan segera, dan mencuci tangan secara rutin dengan air dan sabun.

 

Pencegahan 

Pencegahan adalah langkah terbaik dalam menghadapi batuk rejan. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran dan infeksi batuk rejan:

1. Imunisasi

Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) adalah cara paling efektif untuk mencegah batuk rejan. Imunisasi ini biasanya diberikan pada bayi usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. 

Selanjutnya, imunisasi booster diberikan pada usia 15-18 bulan dan 4-6 tahun. Imunisasi ini sangat penting untuk melindungi anak-anak dari risiko batuk rejan dan komplikasinya.

 

2. Praktek Higienis

Menjaga kebersihan diri dan lingkungan dapat membantu mencegah penyebaran batuk rejan. 

Ini termasuk mencuci tangan secara rutin dengan air dan sabun, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, dan membuang tisu yang telah digunakan dengan benar.

 

3. Isolasi

Jika seseorang didiagnosis dengan batuk rejan, mereka harus diisolasi sampai mereka tidak lagi menular. Ini biasanya berarti sampai mereka telah menyelesaikan siklus pengobatan antibiotik penuh.

 

4. Pemeriksaan Rutin

Anak-anak, terutama yang berusia di bawah 2 tahun, harus menjalani pemeriksaan kesehatan rutin untuk memastikan mereka tidak terinfeksi batuk rejan. Jika gejala batuk rejan muncul, segera konsultasikan dengan dokter.

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, risiko terkena batuk rejan dapat dikurangi.

 

Komplikasi

Batuk rejan, jika tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah usia dua tahun. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:

1. Dehidrasi

Batuk yang berkepanjangan dan hebat dapat menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh. Ini terjadi karena tubuh kehilangan lebih banyak cairan melalui keringat dan pernapasan daripada yang dikonsumsi atau diserap.

2. Kesulitan Bernapas

Batuk rejan dapat menyebabkan kesulitan bernapas, terutama pada anak-anak. Ini terjadi karena batuk yang berkepanjangan dan hebat dapat mengganggu pola pernapasan normal.

3. Penurunan Berat Badan

Batuk rejan dapat menyebabkan penurunan berat badan karena kehilangan nafsu makan dan peningkatan kalori yang dibakar oleh tubuh selama periode batuk yang berkepanjangan.

4. Pneumonia

Batuk rejan dapat meningkatkan risiko pneumonia, yaitu infeksi yang menyebabkan peradangan pada satu atau kedua paru-paru.

5. Kejang

Dalam beberapa kasus, batuk rejan dapat menyebabkan kejang, yaitu kontraksi otot yang tiba-tiba dan tidak terkontrol.

6. Gangguan Ginjal

Batuk rejan dapat menyebabkan gangguan ginjal, terutama jika dehidrasi berat terjadi.

7. Hipoksia

Batuk rejan dapat menyebabkan hipoksia, yaitu kondisi di mana pasokan oksigen ke otak atau bagian lain dari tubuh berkurang. Ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera.

Untuk mencegah komplikasi tersebut, sangat penting untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat untuk batuk rejan. Jika Anda atau anak Anda menunjukkan gejala batuk rejan, segera konsultasikan dengan dokter.

 

Referensi:

WHO. Diakses 2023. Pertussis. 

CDC. Diakses 2023. Pertussis (Whooping Cough).

Artikel serupa tentang penyakit batuk rejan sudah pernah tayang di KlikDokter.

 

Sumber: artikel telah tayang dengan judul yang sama pada halaman https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/infeksi-pernapasan--tb/batuk-rejan

Bagikan