Asma, Faktor Risiko dan Gejala
Sumber : alodokter
Asma adalah penyakit saluran napas dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran napas dengan derajat yang bervariasi. Gejala klinis asma dapat berupa batuk, terdengar suara napas wheezing, sesak napas, dada terasa seperti tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, cenderung memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.
Menurut (GINA) Global Initiative for Asthma (2018) asma merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adanya peradangan saluran napas kronis diikuti dengan gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan intensitas yang berbeda dan bersamaan dengan keterbatasan aliran udara saat ekspirasi.
Sumber : Direktorat P2PTM Kemkes
Etiologi dan Faktor Resiko
GINA (2012) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya asma dibagi menjadi faktor yang menyebabkan perkembangan asma dan faktor yang memicu gejala asma.
A. Faktor host
1. Genetik, Studi keluarga dan analisis asosiasi kontrol kasus telah mengidentifikasi sejumlah kromosom yang berkaitan dengan kerentanan asma. Kecenderungan untuk menghasilkan kadar serum IgE total yang meningkat bersamaan dengan 10 terjadinya hiperresponsif jalan napas merupakan salah satu contoh penyebab terjadinya asma yang disebabkan oleh faktor genetik.
2. Obesitas, Asma cenderung banyak ditemukan pada orang obesitas dengan BMI > 30 kg/m2 dan sulit untuk dikontrol. Efek obesitas pada mekanisme paru berpengaruh pada jalan napas sehingga mengakibatkan penurunan fungsi paru, dalam hal ini pasien obesitas memiliki pengurangan volume cadangan respirasi dan pola napas yang berpengaruh terhadap elastisitas otot polos dan fungsi saluran napas lainnya.
3. Jenis kelamin, Pada usia anak-anak yaitu sebelum usia 14 tahun, jenis kelamin laki-laki lebih berisiko mengalami asma dibandingkan dengan perempuan, hal tesebut dikarenakan ukuran paru-paru pada laki-laki ketika lahir lebih kecil dibandingkan perempuan. Akan tetapi, ukuran paru-paru pada laki-laki ketika dewasa lebih besar dibandingkan perempuan, sehingga beberapa penelitian menyebutkan di usia dewasa perempuan cenderung lebih berisiko mengalami asma dibandingkan laki-laki.
B. Faktor lingkungan
1. Alergen, dapat menyebabkan kekambuhan pada penyakit asma. Jenis alergen dibagi menjadi dua, yaitu alergen indoor dan alergen outdoor. Alergen indoor merupakan alergi sebagai faktor pencetus asma yang didapatkan dari dalam ruangan, seperti debu rumah, bulu pada binatang (anjing, kucing, dan hewan pengerat), alergen pada kecoak dan jamur (alternaria, aspergilus, caldosporium, dan candida), sedangkan alergen outdoor merupakan alergen yang 11 didapatkan dari luar ruangan, seperti serbuk pada pohon, gulma, rumput, jamur, dsb.
2. Infeksi, Sejumlah virus berkaitan dengan fenotif asma muncul sejak masa bayi. Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan parainfluenza virus menghasilkan pola gejala bronkiolitis yang mirip dengan gejala asma pada anak. Hipotesis terkait kebersihan menunjukkan bahwa paparan infeksi di awal kehidupan perkembangan anak juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang berkaitan dengan terjadinya asma pada anak.
3. Asap rokok, pada perokok aktif maupun pasif menyebabkan terjadinya percepatan penurunan fungsi paru, meningkatkan keparahan asma, glukokortikosteroid sistemik, mengakibatkan penderita asma kurang responsif terhadap pengobatan yang diberikan sehingga mengakibatkan rendahnya kemungkinan dapat terkontrolnya suatu penyakit asma pada pederita.
4. Makanan, Beberapa penelitian menyebutkan bahwa bayi yang diberikan susu sapi maupun susu protein kedelai memiliki insiden lebih tinggi mengalami mengi dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI. Peningkatan penggunaan makanan olahan yang mengandung pewarna, pengawet, mengandung lemah jenuh berkontribusi dalam peningkatan gejala munculnya penyakit asma.
C. Tanda dan gejala asma
Gejala klinis yang muncul pada penderita asma adalah sebagai berikut, (Riyadi, 2009) :
1. Sesak napas, yang dialami oleh penderita asma terjadi setelah berpaparan dengan bahan alergen dan menerap beberapa saat.
2. Batuk, yang terjadi pada penderita asma merupakan usaha saluran pernapasan untuk mengurangi penumpukan mukus yang berlebihan pada saluran pernapasan dan partikel asing melalui gerakan silia mukus yang ritmik keluar. Batuk yang terjadi pada penderita asma sering bersifat produktif.
3. Suara napas wheezing/ mengi, Suara ini dapat digambarkan sebagai bunyi yang bergelombang yang dihasilkan dari tekanan aliran udara yang melewati mukosa bronkus yang mengalami pembengkakan tidak merata. Wheezing pada penderita asma akan terdengar pada saat ekspirasi.
4. Pucat, pada penderita asma sangat tergantung pada tingkat penyempitan bronkus. Pada penyempitan yang luas penderita dapat mengalami sianosis karena kadar karbondioksida yang ada lebih tinggi daripada kadar oksigen jaringan.
5. Lemah, Oksigen di dalam tubuh difungsikan untuk respirasi sel yang akan digunakan untuk proses metabolisme sel termasuk pembentukan energi yang bersifat aerobic seperti glikolisis, jika jumlah oksigen berkurang maka proses pembentukan energi secara metabolik juga menurun sehingga penderita mengeluh lemah.
Sumber :
NLPK Putri, 2019, Poltekes Kemenkes RI, Konsep Dasar Asma
Kemenkes RI, 2018, Pedoman Pengendalian Penyakit Asma