Ket Gambar : Kegiatan Workshop Prepasari Sampel Dried Blood Sample (DBS) di Hotel Gajah Mada 6-7 Nov 2018.
Pontianak, Dinkes Prov. Kalbar
Diagnosis Infeksi HIV pada bayi dan Ibu HIV-Positif tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan antibody” menurut kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar dr.Andy Jap, M.Kes yang disampaikan oleh kepala Bidang P2P yang mewakili kepala Dinas Kesehatan saat membuka acara Prepasari Sampel Dried Blood Sample (DBS ) pada tanggal 6-7 November 2018 di Pontianak .
Dalam sambutan Kepala Dinas Kesehatan , dr. Andy Jap menambahkan bahwa adanya antibody anti HIV pada bayi baru lahir tidak dapat mengidentifikasikan suatu infeksi primer, karena adannya transfer antibodi anti HIV secara pasif dari Ibu ke anaknya selama dalam kandungan. Selain itu Antibody maternal ini dapat bertahan hingga 18 bulan, oleh Karena itu metode pemeriksaan yang akan kita gunakan untuk mendiagnosa HIV pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan adalah dengan pemeriksaan virology seperti pemeriksaan HIV DNA-PCR atau pemeriksaan HIV RNA.
Karena metode pemeriksaan HIV DNA-PCR atau pemeriksaan HIV RNA adalah pemeriksaan PCR DNA kulitatif, yang mendeteksi adanya HIV provirus DNA atau secara spesisfiknya hasil Integrasi DNA virus dengan DNA sel host, maka sampel yang di gunakan tentunya darah (whole blood) dengan antikuagulan EDTA atau ACD atau lebih di kenal dengan tetes darah kering/ (Dried Blood Spots/DBS). Untuk itu diperlukan ketrampilan petugas dalam penggunaan dan pengambilan sample tersebut, karena secara teknis sangat praktis untuk menghindari kendala yang berkaitan dengan masalah transport dan penyimpanan itu sendiri, dr Andy Jap menjelaskan secara rinci dalam sambutan yang disampaikan oleh Kepala Bidang P2P ( Marsalena, SKM,MAP )
Penggunaan DBS ini merupakan sebuah solusi untuk mendiagnosa HIV Kalimantan Barat di mana satu-satunya alat yang ada di RS dr Sudarso Pontianak mengalami gangguan sehingga sampel darah yang akan di periksa harus di rujuk di RS Dr Sutomo Surabaya, maka di butuhkan media transport yang aman dan akurat agar sampel dapat di diagnose dengan baik dan benar.
Selanjutnya Arahan dari Kadinkes agar menitik beratkan pada ketrampilan petugas dalam melakukan sampling dan penangan sample itu sendiri. Marsalena, SKM, MAP selaku kepala bidang mengharapkan lewat kegiatan wookshop Prepasari para petugas selain terampil menangani smapel juga mampu dan mengetahui jejaring dan manajeman pengelola sampel HIV itu sendiri di tempat layanan kesehatan di Kalimantan Barat. (sur)
Berita ini di Publikasikan oleh tim Web Dinkes Prov Kalbar tahun 2018