Pentingnya Skrining Cegah Kanker Serviks

22 Apr 2025
infokes

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental bebas dari segala penyakit dalam segala aspek yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi reproduksi dan proses reproduksi, sehingga kesehatan reproduksi perempuan itu sangat penting. Salah satu penyakit yang dapat menganggu kesehatan organ reproduksi adalah kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95% kasus kanker serviks.

World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 menempatkan kanker serviks sebagai salah satu jenis kanker yang paling sering ditemui pada wanita. Kanker serviks merupakan penyebab kematian ke-4 pada wanita diseluruh dunia dengan perkiraan 570.000 kasus baru, mewakili 6,6% dari semua kanker pada wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di Negara-negara berkembang dengan ekonomi rendah dan menengah. Survei yang dilakukan WHO menunjukkan setiap tahunnya terjadi 300.000 kematian akibat kanker serviks.

Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya, Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Kanker serviks merupakan kanker kedua yang paling umum terjadi pada perempuan di Indonesia. Namun, 70% perempuan terdiagnosis kanker serviks sudah memasuki stadium lanjut. Padahal, pengobatan pada stadium ini menjadi kurang efektif. Akibatnya, 50% perempuan yang terdiagnosis kanker serviks meninggal dunia karena penyakit tersebut.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah melakukan sejumlah strategi untuk mengatasi masalah kanker serviks di Indonesia antara lain vaksinasi HPV kepada anak-anak perempuan usia sekolah dan melakukan skrining deteksi kanker serviks sedini mungkin untuk perempuan-perempuan Indonesia. Bahkan, pemerintah sudah melakukan pilot project vaksinasi HPV gratis di sekolah-sekolah di Jakarta. Pemerintah juga sudah melakukan treatment atau perawatan yang adekuat untuk kanker serviks di Indonesia.

Selanjutnya, Kementerian Kesehatan mengembangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pemberantasan Kanker Serviks untuk Indonesia (2023-2030). Visi masa depan rencana aksi ini, yakni membuat kanker serviks sebagai penyakit masa lalu, serta setiap perempuan pada semua demografi sosial ekonomi dapat hidup sehat dan bebas dari ancaman kanker serviks.

Prioritas pada rencana aksi nasional adalah skrining kanker serviks, dengan target menskrining 75% dari seluruh perempuan berusia 30-69 tahun. Skrining ini menggunakan metode pemeriksaan DNA HPV yang memiliki kualitas yang terjamin. 

Salah satu bagian penting pada rencana aksi nasional ini, yakni peralihan metode skrining kanker serviks primer dari metode yang ada saat ini ke skrining DNA HPV. Pada 2020, skrining kanker serviks melalui metode inspeksi visual asam asetat (IVA) dan pemeriksaan sitologi hanya mencakup 9,3% perempuan dalam populasi target, dengan variasi yang signifikan antarprovinsi.

Untuk mencapai target skrining dalam upaya mengeliminasi kanker serviks, penting bagi Indonesia untuk menerapkan metode, alat, dan teknologi skrining yang efisien. Untuk mencapai tujuan ini, RAN menyerukan peninjauan kembali bukti-bukti ilmiah internasional dan praktik terbaik.

Sumber:

1. Rencana Kanker Nasional 2024-2034, Strategi Indonesia dalam Upaya Melawan Kanker, Kemenkes RI

2. Isti Faiyah, 2021, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan IVA , Poltekes Kemenkes RI

Gambar: Kemenkes

Bagikan